Analis Optimistis Bitcoin Bisa Pulih di Tengah Ketegangan Israel-Iran
Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, kembali tertekan hingga 4% menyusul eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Setelah sempat diperdagangkan di atas US$108.000, harga Bitcoin kini merosot ke kisaran US$104.600. Penurunan ini terjadi setelah ledakan dilaporkan mengguncang ibu kota Iran, Teheran, pada 13 Juni 2025, sebelum Israel mengonfirmasi bahwa pihaknya bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Data dari CoinGlass mencatat gelombang likuidasi besar-besaran melanda pasar derivatif kripto. Dalam 24 jam terakhir, total likuidasi mencapai US$1,16 miliar atau sekitar Rp19 triliun dengan posisi long yang terlikuidasi tercatat mencapai US$1,07 miliar atau sekitar Rp17 triliun.
Baca juga: Serangan Israel ke Iran Picu Likuidasi Kripto Rp19 Triliun
Situasi Geopolitik Memanaskan Pasar Kripto
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa serangan militer Israel ditujukan untuk melumpuhkan program nuklir Iran, dan operasi ini “akan terus berlangsung selama dibutuhkan untuk menghilangkan ancaman tersebut.”
Sebagai respons, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memperingatkan bahwa Israel harus “bersiap menerima hukuman berat.” Laporan sementara menyebutkan bahwa Iran telah membalas dengan meluncurkan lebih dari 100 drone.
Melihat situasi ini, Caroline Mauron, Co-Founder dari Orbit Markets, menilai reaksi pasar kripto saat ini sejalan dengan sentimen di aset berisiko lainnya.
“Kripto bereaksi negatif terhadap berita serangan Israel ke Iran, sejalan dengan pergerakan aset berisiko utama lainnya,” ujar Mauron, dikutip dari Economic Times .
Ia menambahkan bahwa level support teknikal Bitcoin saat ini berada di kisaran US$101.000, namun pergerakan harga dalam jangka pendek sangat dipengaruhi oleh perkembangan situasi geopolitik.
Di sisi lain, harga emas dan minyak masing-masing naik 1% dan 8% dalam 24 jam terakhir. Namun, pengamat kripto memperkirakan bahwa tren ini bisa saja berbalik dalam waktu dekat.
Anthony Pompliano, pengusaha Bitcoin ternama, mengingatkan bahwa pola serupa pernah terjadi pada Oktober 2024, ketika Iran meluncurkan ratusan roket ke Israel. Saat itu, harga Bitcoin sempat turun 3%, namun kemudian justru mencatat kinerja lebih baik dibanding emas dan minyak dalam 48 jam pertama.
“Reaksi awal ini persis seperti yang terjadi waktu itu,” ujar Pompliano. “Bitcoin akhirnya justru mengungguli dua aset lainnya.”
Sementara itu, beberapa pelaku pasar justru melihat situasi ini sebagai peluang akumulasi Bitcoin. Dalam postingan di X , CEO Jan3 Samson Mow bahkan mengajak CEO GameStop Ryan Cohen untuk mempertimbangkan aksi beli Bitcoin saat ini.
“Ryan, saat seperti inilah waktu yang tepat untuk membeli, justru ketika situasinya terasa menakutkan. Kalau harganya turun lagi dan kamu makin takut, beli lebih banyak lagi,” ujar Mow.
Sebagai catatan, GameStop merupakan salah satu perusahaan publik AS yang mulai gencar membeli Bitcoin, dengan pembelian terbaru mecakup akuisisi 4.710 Bitcoin bernilai US$513 juta pada 28 Mei lalu.
Baca juga: Bos Strategy Michael Saylor Yakin Bitcoin Berpeluang Tembus US$1 Juta
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Pasangan perdagangan margin spot baru - LA/USDT
AINUSDT sekarang diluncurkan untuk perdagangan futures dan bot trading
Bitget merilis Laporan Valuasi Dana Perlindungan Juni 2025.
Pengumuman mengenai pembakaran Bitget Token (BGB) Q2 Tahun 2025
Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








